Cukuplah
cukuplah
cukuplah
kutak pandai berkata-kata
lidahku kelu mengucapkan
jiwaku mati rasa mengenang
tubuhku kaku terbujur disini
hanya memandangi jiwa nurani saja
cukuplah
cukuplah
cukuplah
hanya rasa yang kumiliki
hanya pilu yang kutangisi
hanya angin yang kurindui
hanya sejuk menyelimuti hati
hanya indah mata memandang
cukuplah
cukuplah
cukuplah
jiwa-jiwa itu menjadi kenang
tubuh-tubuh itu menjadi pengingat
nafsu-nafsu itu menjadi lenyap
bekal amal pendamping setiaku
cukuplah
cukuplah
cukuplah
pemutus kenikmatan itu hadir di diri
bergaun putih seutas tali pengikat penutup malu
berkalang tanah, tertanam suburkan bumi
berteman makhluk bisu-Mu yg setia menggerogoti tubuhku
bertemu makhluk suci-Mu dengan sejuta tanya
cukuplah
cukuplah
cukuplah
cinta membekaliku
cinta kepada-Mu
cinta yang KAU berikan
cinta yg kutinggal disana
cukuplah
cukuplah
cukuplah
kepastian itu
keniscayaan kan tiba nanti
waktu menuju halte pemberhentian terakhir
saatnya masa berganti dimensi
cukuplah
cukuplah
cukuplah
ketika semua berkumpul tanpa kenal
ketika semua umur dipertanyakan
ketika semua nikmat dipertanggung jawabkan
ketika setiap diri sibuk akan diri masing-masing
ketika anak tidak mengenal ibu, ibu tidak mengenal anak
ketika semua polos tanpa alas tanpa malu tanpa rasa
ketika setiap makhluk dihadapkan-Nya
ketika semua bicara kecuali lisan ini
Komentar
Posting Komentar